Selasa, 26 April 2016

MAKALAH HUBUNGAN FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN



KATA PENGANTAR


            Puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas segala Kasih-Nya, sehingga Makalah dengan judul “HUBUNGAN FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN” dapat selesai  tepat waktu.
            Dalam penyusunan Makalah ini, kami senantiasa mendapat dorongan semangat, spirit, dan bimbingan dari berbagai pihak yang tidak akan mungkin terlupakan. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tiada lain disebabkan karena kurangnya pengetahuan, referensi dan waktu yang tersedia bagi penulis. Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati sangat diharapkan konstribusinya baik berupa saran-saran maupun kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
                                                                                    Parepare,                            2008


                                                                                                           Penulis








DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................... 2
BAB I    Pendahuluan                                                                                             ...            3
A.    Latar Belakang..................................................................................... 3
B.     Rumusan Masalah................................................................................ 4
C.     Tujuan Penulisan.................................................................................. 5
BAB II   Pembahasan .............................................................................................. 6
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat ……………………………   6          
1.      Pengertian filsafat……………………………………………….  6
2.      Ruang lingkup pandang filsafat…………………………………  8
B.  Pengertian Filsafat Pendidikan.......................................................... 10
C. Bagaimana hubungan filsafat pendidikan dalam  meningkatkan
     mutu pendidikan.................................................................................  13
1.      Problem pokok filsafat dan pendidikan………………………… 13
2.      Nilai-nilai pendidikan dan tujuan pendidikan..............................  17        
BAB III Penutup.................................................................................................... 25
A.    Kesimpulan........................................................................................ 25
B.     Saran.................................................................................................. 26
Daftar Pustaka      .................................................................................................. 27














HUBUNGAN FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Keadaan masyarakat dapat diukur melalui pendidikan, sesuai dengan pendapat Plato dalam Rapar, yang mengatakan bahwa, kebobrokan masyarakat takkan dapat diperbaiki dengan cara apapun kecuali dengan pendidikan. Sebagai contoh tujuan pendidikan kita yang tersebut dalam Bab II Pasal 4 UU No.2 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu: Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU No.2/1989).
Untuk kepentingan peningkatan kualitas pendidikan, maka diperlukan ktreativitas dan inovasi dari segala aspek mengenai pendidikan. Termasuk di dalamnya memahami secara filosofis pendidikan, sehingga dapat secara garis lurus memberi manfaat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Filsafat adalah suatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas (komprehensif). Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya kemampuan pikiran manusia, filsafat mencoba mengerti, menganalisa, menilai dan menyimpulkan semua persoalan-persoalan secara mendalam. Meskipun kesimpulan-kesimpulan filsafat bersifat hakiki namun masih relatif dan subjektif.
Apabila dilihat dari sudut karakteristik objeknya, filsafat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) Filsafat Umum atau Filsafat Murni, dan (2) Filsafat Khusus atau filsafat Terapan. Filsafat Umum objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu sedangkan Filsafat Khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang penting (misalnya: hukum, sejarah, seni, ilmu, pendidikan, dan sebagainya). Secara lebih konsepsional, Filsafat pendidikan dapat dibataskan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset, baik kuantitatif maupun kualitatif.
Apabila ditinjau dari Filsafat Pendidikan sebagai filsafat khusus, maka Filsafat Pendidikan menjadi sebuah hal yang signifikan dalam peningkatan mutu pendidikan yang nantinya akan diarahkan pada upaya pencapaian pendidikan itu sendiri. Dari uraian di atas, penulis mengarahkan pembahasan pendidikan pada judul: ”HUBUNGAN FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN ”

B.     RUMUSAN MASALAH
 Bertolak dari latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Seperti apa gambaran dan ruang lingkup filsafat itu?
2. Seperti apa gambaran filsafat pendidikan itu?
3. Bagaimana hubungan filsafat pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan ?

C.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
1.       Seperti apa gambaran dan ruang lingkup filsafat itu?
2.       Seperti apa gambaran filsafat pendidikan itu?
3.       Bagaimana hubungan filsafat pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan ?


















BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT
1.      Pengertian Filsafat
Kata filsafat atau falsafat berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka, dan kata Sophia yang berarti pengetahuan, hikmah,dan kebijaksanaan (Ali, 1986:7). Dengan demikian dapat ditarik suatu pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
Imam Barnadib menjelaskan, filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Dikatakan menyeluruh karena filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan melainkan juga suatu pandangna yang dapat menembus sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Dengna pandangan yang demikian lebih terbuka kemungkinan untuk menemukan hubungan dan pertalian antara semua unsur yang dipertinggi, dengan mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebajikan. Dikatakan sistematis karena filsafat menggunakan berpikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada (Barnadib, 1994:11-12).
Karena pemikiran-pemikiran yang bersifat filsafat didasarkan atas pemikiran yang bersifat spekulatif, maka nilai-nilai kebenaran yang dihasilkannya juga tak terhindarkan dari kebenaran yang spekulatif. Hasilnya akan sangat tergantung dari pandangan filosof yang bersangkutan. Oleh karena itu pendapat yang baku dan diterima oleh semua orang agak sulit diwujudkan. Padahal kebenaran yang ingin dicapai oleh filsafat ialah kebenaran yang bersifat hakiki, hingga niali kebenaran tersebut dapat dijadikan pandangan hidup manusia. Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya kemampuan pikiran manusia, filsafat mencoba mengerti, menganalisa, menilai dan menyimpulkan semua persoalan-persoalan secara mendalam. Meskipun kesimpulan-kesimpulan filsafat bersifat hakiki namun masih relatif dan subjektif.
Dengan demikian kebenaran filsafat adalah kebenaran yang relatif. Artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman dan peradaban manusia. Bagaimanapun penilaian tentang sesuatu kebenaran yang dianggap benar itu masih sangat tergantung oleh ruang dan waktu. Apa yang dianggap benar oleh suatu masyarakat atau bangsa lain, belum tentu akan dinilai sebagai suatu kebenaran oleh masyarakat atau bangsa lain, meskipun dalam kurun waktu yang sama. Sebaliknya sesuatu yang dianggap benar oleh sesuatu masyarakat atau bangsa tertentu dalam suatu zaman, akan berbeda pada zaman berikutnya. Maka adalah wajar jika pengertian filsafat itu selalu mengalami perubahan.
Filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan manusia, jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang sistematis, integral, menyeluruh dan mendasar. Jawaban seperti itu juga digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan.

2.      Ruang lingkup Pandang Filsafat
Tiap-tiap pengetahuan mempunyai objek masing-masing. Biologi mempunyai objek tumbuh-tumbuhan, manusia dan hewan. Kimia mempunyai objek unsur-unsur dan materi. Jika kita mengamati semua cabang-cabang ilmu pengetahuan itu, ternyata objeknya adalah alam kodrat, namun daripadanya menimbulkan beberapa cabang ilmu yang berdiri sendiri.
Kemudian, apakah objek dari filsafat itu? Dan jawabnya adalah bahwa objek filsafat itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Objek materi filsafat terdirir dari tiga persoalan pokok yaitu:
1.      Masalah Tuhan, yang sama sekali di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa;
2.      Masalah alam yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa;
3.      Masalah manusia yang juga belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa.
  1. Objek forma filsafat: mencari keterangan sedalam-dalamnya, sampai ke akar persoalan, sampai kepada sebab-sebab dan mengapanya yang terakhir tentang objek materi filsafat, sepanjang kemungkinan yang ada pada akal budi manusia.
Kemudian dari tiap-tiap objek itu juga masih diselidiki oleh filsafat misalnya kita mengambil manusia sebagai objek. Manusia seperti kita lihat dari beberapa segi seperti jiwanya saja. Dengan demikian tumbuhlah filsafat tentang jiwa manusia, yang disebut Psychology. Jiwa manusia mempunyai alat berupa akal, rasa, dan kehendak. Akal manusia yang dipakai sehari-hari itu diselidiki pula oleh filsafat, yang disebut logika. Logika menuntun pandangan lurus dalam praktek berpikirnya akal menuju kebenaran dan menghindari budi menempuh jalan yang salah dalam berpikir. Jika yang diselidiki cara bertindaknya akal tersebut logika formal, sedang yang kalau diselidiki itu control dari inti atau isi bertindaknya akal disebut logika materiil. Dengan logika materil dapat dikontrol apakah hasil bertindaknya atau sudah cocok dengan kenyataan sebenarnya. Di dalam ilmu pengetahuan kita biasa memakai hasil-hasil dari logika formal dan materil secara bersama-sama.
Selanjutnya ilmu pengetahuan itu sendiri menjadi objek daripada filsafat yakni filsafat ilmu pengetahuan. Di dalam sejarah pemikiran teori pengetahuan menjadi sistem filsafat yang membicarakan masalah-masalah tentang asal, sifat, kondisi pengetahuan dan sebagainya.
Yang berhubungan dengan alat kejiwaan yang lain adalah rasa, maka timbullah filsafat yang disebut estetika. Dengan menggunakan hasil dari estetika ini kita dapat menyadari tentang sikap kita terhadap hal-hal yang kita pandang sebagai sesuatu yang indah atau estetis. Mengenai kehendak , timbullah filsafat tentang perbuatan manusia yang didorong oleh kehendak yang merupakan tindakan-tindakan susila yang disebut etika. Dengan filsafat ini kita lebih dapat menyadari tentang perbuatan-perbuatan manusia mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan ukuran kesusilaan.
Hasil daripada usaha manusia menyangkut akal, rasa dan kehendak dapat dijadikan satu yang disebut filsafat kebudayaan, sebab kebudayaan mengenai ketiga segi dari alat-alat kejiwaan manusia. Sedangkan filsafat tentang hidup kemanusiaan, disebut filsafat antropologi, yang menerangkan tentang apa sebenarnya manusia itu dan apa fungsi manusia di dunia ini dan seterusnya.
Dari uraian di atas, walaupun masih sebagian saja dari uraian dan sudut pandang filsafat yang sangat luas dan umum serta tidak terbatas itu, kiranya sudah dapat memberikan kejelasan bahwa filsafat sebagai cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain dapat berdiri sendiri selain mempunyai objek juga mempunyai sudut pandang yang mutlak perlu bagi setiap ilmu, dan bahkan di samping objek daripada filsafat seperti adanya filsafat hukum, filsafat politik, filsafat ekonomi, filsafat sejarah, filsafat bahasa, dan filsafat pendidikan.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan
Berbagai pengertian (definisi) tentang Filsafat Pendidikan yang telah dikemukakan oleh para ahli seperti Al-Syaibany (1979:36) mengartikan bahwa filsafat pendidikan yaitu aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan. Artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat, filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral atau satu kesatuan. Menurut John. Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya piker (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju kearah tabi’at manusia, maka filsafat bias juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. 
Barandib (1993:3) mempunyai versi pengertian atas filsafat pendidikan, yakni ilmu yang pdda hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Karenanya, dengan bersifat filosofis, bermakna bahwa filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisa filosofis terhadap bidang pendidikan. Untuk mendapatkan pengertian tentang filsafat pendidikan yang lebih sempurna atau jelas, ada baiknya kita melihat beberapa konsep mengenai pengertian pendidikan itu. Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan ideal. Yang dimaksud dengan kepribadian yang utama atau ideal adalah kepribadian yang memiliki kesadaran moral dan sikap mental secara teguh dan sungguh-sungguh memegang dan melaksanakan ajaran atau prinsip-prinsip nilai (filsafat) yang menjadi pandangan hidup secara individu, masyarakat maupun filsafat bangsa dan Negara.
Dengan demikian dari uaraian dia atas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normative dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.
Filsafat dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk dalam problematika di bidang pendidikan. Oleh karena itu apabila dihubungkan dengan persoalan pendidikan secara luas, maka dapat kita simpulkan bahwa filsafat merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Jadi filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan analisa filosofis dalam lapanagan pendidikan.
Dalam hubungan antara filsafat (umum) dan filsafat pendidikan, maka filsafat pendidikan memiliki batasan-batasan, sebagai berikut: Pertama, filsafat pendidikan merupakan pelaksana pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan. Maka filsafat pendidikan berusaha untuk menjelaskan dan menerangkan supaya pengalaman bermanusia ini sesuai dengan kehidupan baru. Filsafata pendidikan mengandung upaya untuk mencarikonsep-konsep yang menempatkan manusia ditengah gejala-gejala yang bervariasi dalam proses pendidikan. Kedua, mempelajari filsafat pendidikan karena adanya kepercayaan bahwa kajian itu sangat penting dalam mengembangkan pandangan terhadap proses pendidikan dalam upaya memperbaiki keadaan pendidikan. Ketiga, filsafat pendidikan memiliki prinsip-prinsip, kepercayaan, konsep, andaian yang terpadu satu sama lainnya. Prinsip-prinsip yang dimaksudkan ialah kepercayaan-kepercayaan, andaian-andaian yang dipercayai terhadap masalah-masalah pendidikan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan dapat dilakukan pada segala macam dan bentuk pendidikan, termasuk pendidikan Islam, dengan menentukan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam atau sesuai dengan jiwa ajaran Islam yang mengandung kepentingan pelaksanaan dan bimbingan dalam pendidikan. Mengingat antara filsafat dan pendidikan mempunyai keterkaitan erat dan kokoh, maka tugasnya pun seiring yakni berupaya bersama dalam memajukan hidup umat manusia (Arifin, 1993:2).

D. Bagaimana Hubungan Filsafat Pendidikan Dalam  Meningkatkan Mutu      Pendidikan

Filsafat sebagai ilmu yang mengadakan tinjauan dan mempelajari objeknya dari sudut hakikat juga mengadakan tinjauan dari segi sistematik, artinya tinjauan dengan memperoleh pandangan mengenai problem-problemnya yang utama dan lapangan penyelidikannya yang saling berhubungan. Dalam tinjauan dari segi sistematik ini filsafat berhadapan dengan tiga masalah utama yaitu:
1.      Realita, ialah mengenai kenyataan, yang selanjutnya menjurus kepada masalah kebenaran. Kebenaran akan timbul bila orang telah dapat menarik kesimpulan bahwa pengetahuan yang telah dimiliki ini telah nyata. Realita atau kenyataan ini dipelajari oleh metafisika.
2.      Pengetahuan, yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apa hak pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan itu, dan jenis-jenis pengetahuan. Pengetahuan dipelajari oleh epistemologi
3.      Nilai, yang dipelajari oleh cabang filsafat yang disebut aksiologi. Pertanyaan yang dicari jawabnya antara lain adalah seperti; nilai-nilai yang bagaimanakah yang dikehendaki oleh manusia dan yang dapat digunakan sebagai dasar hidupnya.8)
Menurut John S. Brubacher bahwa problema-problema filsafat tersebut adalah juga merupakan problem esensil dari pendidikan, antara filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Pendidikan, dalam pengembangan konsep-konsepnya dapat anatara lain, menggunakan sebagai dasar hasil-hasil yang dicapai oleh cabang-cabang di atas.  Misalnya, dalam menyelidiki dan mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan diperlukan pendirian pandangan dunia yang bagaimanakah di mana kita hidup ini, dan jika sampai kepada persoalan ini pendidikan berarti masuk dalam lingkungan metafisika. Sedangkan epistimologi diperlukan antara lain dalam hubungannya dengan penyusunan dasar-dasar kurikulum, karena kurikulum diumpamakan sebagai jalan raya yang harus dilewati oleh siswa dalam usahanya untuk memahami pengetahuan. Selanjutnya aksiologi sebagai cabang filsafat yang mempelajari nilai-nilai dan dunia nilai menjadi penentu dan dasar tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang dirumuskan tanpa memperhatikan ajaran dari dunia nilai adalah hampa. Selain daripada itu aksiologi akan memberikan sumbanagan dalam memberikan penilaian hasil-hasil pendidikan dari proses pandidikan dalam kedudukannya sebagai gejala social, cultural dan politis dan lebih-lebih lagi apabila pembahasan pendidikan bersangkut paut dengan masalah kesusilaan dan keagamaan.
Uraian tadi jika dipahami lebih jauh memberikan pengertian bahwa filsfat mencakup nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dan dijadikan pedoman dalam perbuatan, terutama dalam pekerjaan mendidik. Atau kata lain mendidik tidak lain daripada merealisasikan nilai-nilai yang dimiliki guru selama nilai-nilai tersebut tidak bertentangan dengan hakekat anak didik. Nilai-nilai dalam pendidikan adalah bersumber pada filsafat yang telah berakar dalam sosio cultural atau kepribadian suatu bangsa yang akan tumbuh sebagai realita dan filsafat hidup. Jadi jelaslah bahwa ide-ide filsafat menentukan pendidikan. Dan jika masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia, maka berarti masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas yang didalamnya terdapat masalah yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain untuk memecahkannya. Dan bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin dijawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam atau analisa secara filosofis pula, misalnya:
1.      Apakah pendidikan itu bermanfaat, atau mungkin, guna membina kepribadian manusia,atau tidak. Apakah potensi heriditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor-faktor dari luar (alam sekitar dan pendidikan). Mengapa anak yang potensi heriditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan yang baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana diharapkan. Sebaliknya, mengapa seorang anak yang abnormal, potensi heriditasnya relatif rendah, meskipun dididik dengan positif dan lingkungan yang baik tak akan berkembang normal
2.      Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya. Apakah pendidikan itu guna individu sendiri, atau untuk kepentingan social; apakah pendidikan itu dipusatkan bagi pembinaan manusia pribadi, ataukah masyarakatnya. Apakah pembinaan pribadi manusia itu demi kehidupan yang riil dalam masyrakat dan dunia ini ataukah bagi kehidupan akherat yang kekal.
3.      Apakah hakekat masyarakat itu, dan bagaimanakah kedudukan individu di dalam masyarakat; apakah pribadi itu independent ataukah dependen di dalam masysrakat. Apakah hakekat pribadi manusia itu, manakah yang utama yang sesungguhnya baik untuk didikan bagi manusia itu, apakah ilmu, intelek atau akalnya, ataukah kemauan, ataukah perasaan (akal, karsa dan rasa); Apakah pendidikan jasmani atau rokhani dan moral yang lebih utama, ataukah pendidikan kecakapan-kecakapan praktis (skill), jasmani yang sehat ataukah semuanya.
4.      Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal, apakah pendidikan (curriculum) yang diutamakan yang relevan dengan pembinaan kepribadian sehingga cakap memangku suatu jabatan di masyarakat. Apakah curriculum yang luas dengan kosekuensi kurang intensif penguasaannya sehingga praktis.
5.      Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, sentralisasi atau desentralisasi dan otonomi; oleh negara ataukah oleh swasta. Apakah dengan leadership yang instruktif atau secara demokratis.
6.      Bagaimana metode pendidikan yang efektif membina kepribadian baik teoretis ilmiah, kepemimpinan, maupun moral dan aspek-aspek sosial dan skill yang praktis.
Problem-problem tersebut merupakan sebagian dari contoh-contoh problematika pendidikan yang dalam pemecahannya memerlukan pemikiran yang mendalam dan sistematis bagi tiap-tiap pendidik sehingga dalam melaksanakan funsinya akan lebih mantap. Dengan menyadari kebenaran dari jawaban-jawban problema tadi merupakan prinsip fundamental bagi keberhasilan suatu tugas kependidikan. Dan dengan memahami asas filosofis tadi maka filsafat pendidikan merupakan asas normatif di dalam pendidikan.



BAB III
P E N U T U P
A.          Kesimpulan
Dari uraian di atas apa yang ditawarkan oleh bebrapa ahli tersebut kiranya dapat terlihat dari tujuan pendidikan terutama di Indonesia. Filsafat sebagai suatu lapangan studi, banyak memberikan nilai kegunaan bagi yang mempelajarinya, antara lain:
1.      Bilamana telah memiliki filsafat hidup, pandangan hidup yang mantap yang akan menentukan kriteria baik buruknya tingkah laku yang telah dipilih atas dasar keputusan batin sendiri yang berarti manusia telah memiliki kebebasan dan kepribadian sendiri.
2.      Kehidupan dan penghidupan ke arah gejala yang negatif dalam keadaan masyarakat yang serba tidak pasti akan dapat dikurangi dan dihindari karena telah memiliki pengertian tentang filsafat hidup.
3.      Tingkah laku manusia pada dasarnya di tentukan oleh filsafat hidupnya, maka dari itu manusia harus memiliki filsafat agar tingkah lakunya lebih bernilai
B.           Saran
Adapun saran-saran penulis terkait dengan pembahasan tentang hubungan filsafat ilmu pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan menghimbau kepada seluruh elemen pendidikan, melihat pendidikan nasional sebagai sebuah jembatan dalam merealisasikan tujuan pendidikan yang secara filosofis membelajarkan kita akan makna nilai dan norma-norma dalam hidup dan kehidupan.


DAFTAR PUSTAKA

Endang Saefuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya, P.T. Bina Ilmu,     1982
,
Sidi Gazalba, Sistimatika Filsafat (II), Jakarta; Bulan Bintang, 1973, hal.136.
Fuad Hassan, Berkenalan dengan Exsistensialisme, Jakarta: Pustaka Jaya, 1971, hal.7.
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al Ma’arif, 1963,
Tim Dosen FIP IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1988

Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan-Sistem dan Metode, Yogyakarta:Yayasan Penerbit FIP IKIP Yogyakarta, 1985

Mohamad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya:Usaha Nasional, 1988, hal.48-50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar